Serendipity: Unexpected Books at Library

[Postingan ini adalah modifikasi dari postingan lama yang sebelumnya dipublikasikan di Blogspot dan notes Facebook pada 26 Maret 2014.]

————-

Serendipity

(n.) An unsought, unintended, and/or unexpected, but fortunate, discovery and/or learning experience that happens by accident.

Satu hal yang akan selalu mengikat rasa cinta saya pada perpustakaan adalah: perpustakaan kerap kali menyediakan buku yang terkadang sama sekali tidak kita duga.

Buku-buku lama, fiksi khususnya, yang dicari di mana pun sudah tidak ada. Di toko buku daring nggak ketemu, di pameran buku nggak tersedia, di Gramedia apalagi–jangan harap ada.

Buku-buku semacam itu, ketika biasanya kita sudah menyerah mencarinya, tahu-tahu muncul di perpustakaan. Hasrat lama untuk membacanya pun langsung kembali, meskipun sebetulnya bukan buku itu yang sedang kita cari. šŸ™‚

Dari SMP saya punya kebiasaan untuk mendaftar buku-buku yang mau saya cari dan baca, entah lewat meminjam atau membeli (sampai sekarang pun kebiasaan itu masih, tapi sudah nggak di buku atau di HP, kan sudah ada Goodreads. :p). Biasanya hanya sedikit dari daftar itu yang kesampaian saya dapatkan dalam waktu singkat, sisanya ya hanya tertulis saja. Dan karena industri buku di Indonesia cukup pesat, lama-kelamaan to-read-books list itu semakin dan semakin panjang, bahkan terlalu panjang–nggak akan pernah ada habisnya.

Mungkin memang benar: kalau kita sudah mengikhlaskan sesuatu, lebih besar kemungkinan Allah akan mengembalikannya, baik dalam wujud yang persis seperti kita inginkan atau dalam bentuk lain yang lebih indah.

Sudah tak terhitung berapa kali saya merasa takjub saat menemukan unexpected books di berbagai perpustakaan. Novel NSJ 2122: Mumi Legenda, yang sudah bertahun-tahun saya cari, ternyata nongkrong manis di Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Sumpah, saya girang banget waktu melihat novel itu di situ. Begitu pula saat mendapati novel-novel Agatha Christie, novel Ika Natassa Divortiare, serial STPC GagasMedia, Life of Pi, bahkan yang masih baru-baru dan tak mampu terbeli seperti Crossed-nya Ally Condie dan Wonder-nya R. J. Palacio. Saya juga menemukan Dunia Sophie di Perpustakaan Kota Bekasi, The Host di perpustakaan fakultas, Derai Sunyi di perpustakaan SMP dahulu. Semuanya buku yang nggak pernah saya duga akan ada di perpustakaan, atau buku-buku yang barangkali tintanya telah luntur dari daftar to-read books saya.

Hal ini juga berlaku sama untuk buku nonfiksi. Saya ingat, saya sudah browsing di berbagai toko buku daring untuk mencari buku Quantum Writing-nya Pak Hernowo. Semuanya stok 0, bikin saya frustrasi. Tapi ternyata buku itu ada di Perpusda Jateng. Begitu pula buku Sastra Indonesia Modern II karya Prof Teeuw–saya jungkir balik mencarinya, dan ternyata ada di perpustakaan fakultas. Belum lagi buku Readers’ Advisory Service in the Public Library tulisan Joyce Saricks, yang saya udah ketar-ketir kalau harus membelinya seharga hampir sejuta di OpenTrolley …. Ternyata buku itu ada di perpustakaan jurusan.

Berbagai pengalaman itu membuka mata saya bahwa terkadang saya, yang waktu itu masih seorang mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan, masih terlalu meng-underestimate perpustakaan. Barangkali terlalu malas mencari karena sudah keburu memiliki prasangka negatif, “Ah, buku ini nggak mungkin ada di perpustakaan!”. Padahal, mungkin saja ada. Mungkin saja buku itu nyempil, terselip, atau malah nggak ke mana-mana–senantiasa ada di rak, menunggu ada tangan yang mengambil, mata yang membaca, otak yang mencerna isinya. Hanya perlu dicari dengan niat sungguh-sungguh untuk menemukan, ditambah amunisi lain bernama kesabaran dan pantang menyerah.

Saya jadi ingat kisah Hermione di Harry Potter & the Chamber of Secrets, yang justru menemukan rahasia Basilisk dari buku perpustakaan Hogwarts. Terlepas dari perilaku vandalisme yang dilakukannya dengan merobek halaman buku tersebut, cerita itu menunjukkan bahwa banyak informasi dan jawaban tak terduga yang bisa kita dapatkan dari perpustakaan. Kita hanya perlu rajin dan sepenuh hati mencari. šŸ™‚

Memang tidak ada perpustakaan yang bisa 100% memenuhi kebutuhan pemustakanya, tapi seringkali perpustakaan menawarkan kejutan-kejutan lain yang menyenangkan, berupa unexpected books itu. šŸ˜€

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: