Taman Ketujuh

Bulan Maret lalu, ketika pandemi baru dimulai tapi tampak semakin mengkhawatirkan, di grup WhatsApp penulis Penerbit Koru tercetuslah gagasan untuk membuat suatu proyek kumpulan cerpen amal yang royaltinya nanti akan disumbangkan seluruhnya untuk membantu orang-orang yang terdampak Covid-19. Ide itu disambut dengan antusias; penulis-penulis yang tergabung di grup itu (termasuk saya) segera menyatakan niat untuk berpartisipasi.

Diberikanlah satu tema: menulis cerita pendek yang hangat dan inspiratif.

Teman-teman penulis lain banyak yang menunjukkan niat untuk menulis cerita seputar bagaimana kehidupan dipengaruhi/berjalan di tengah pandemi. Sementara saya, entah kenapa sejak menyatakan setuju ikut menulis cerpen, sama sekali tidak berpikir ke arah sana. Ada satu ide lain yang mendesak-desak minta dituliskan, maka saya merasa ini kesempatan yang tepat untuk mengeksekusinya.

Terlalu sering menulis novel remaja membuat saya bertekad, jika saya harus menulis cerpen, saya nggak mau nulis cerpen remaja. :)) Jadilah saya membuat cerita kehidupan orang dewasa. Cerpen yang saya tulis untuk kumcer berjudul And Tomorrow, We’ll Smile Again ini mengambil tema adulthood. Saya ingin menulis kisah yang sekiranya relatable bagi orang-orang usia 20-an akhir/30-an awal ketika persahabatan yang terjalin saat remaja mulai growing apart karena semua teman sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing.

Jika Anda bertanya dari mana inspirasi cerpen ini, tentu saja jawabannya jelas: pengalaman pribadi saya dan kawan-kawan sepantaran. =)) Sudah beberapa tahun ini saya merasakannya… bagaimana teman-teman yang dulunya akrab dengan saya pada zaman sekolah dan kuliah S1 kini menjauh karena dipisahkan oleh kehidupan, terutama karena mereka sudah sibuk dengan keluarga kecilnya masing-masing. Saya sendiri tidak semelankolis tokoh Kimmy di cerpen ini, tapi memang saya cukup banyak menggunakan perasaan pribadi untuk immerse ke karakter Kimmy saat menulisnya. Kimmy adalah karakter yang mirip saya, jauh lebih mirip daripada Della di Reconnected. Jadi, menyelami isi kepala Kimmy dan menuliskannya terasa lumayan menyenangkan. Cerpen ini saya tulis dengan sangat mengalir dan selesai dalam sekali duduk (sekitar tiga atau empat jam, kalau tidak salah). Saya endapkan satu hari sebelum mengedit dan mengirimkannya ke editor kumcer.

Sejak dulu saya selalu suka menulis cerpen yang tidak cuma satu babak, melainkan padat berisi dengan rentang waktu panjang yang diramu dalam flashback sana-sini. Cerpen-cerpen saya kebanyakan seperti itu: Petualangan Si Surat Kecil, The Owl Promise, Hitam, Selalu Kembali, Waiting for a Letter, Karmi Sancaka, dan terakhir Reconnected. Pada dasarnya saya suka menantang diri sendiri dengan menulis sesuatu yang nonlinear, jadinya seperti itu. Lagi pula, saya ingin memaksimalkan kehidupan karakter dalam cerpen yang jumlah katanya tidak sebanyak novel. Saya ingin agar pembaca cerpen itu nanti bisa benar-benar merasakan sedang mengikuti “sepotong kisah perjalanan kehidupan” dari si karakter, bukan hanya sepotong adegan saja.

Taman Ketujuh ini tidak berbeda. Sejak awal, karena inti ceritanya adalah adulthood seperti yang sudah saya sebut di atas, saya harus mengisahkan bagaimana perjalanan hidup Kimmy, hubungannya dengan teman-temannya, latar belakang keluarga yang menyebabkan dia jadi attached pada persahabatannya, juga proses bagaimana perlahan pertemanan itu mulai growing apart. Berhubung ide itu cukup kompleks, maka saya harus berusaha sedemikian rupa agar semuanya bisa dieksekusi dengan baik dalam satu cerpen 2.500 kata.

Alhamdulillah, saya lumayan puas dengan hasilnya. Dan senang banget rasanya membaca beberapa komentar yang menyatakan bahwa mereka menyukai Taman Ketujuh.

Bagi yang ingin membaca Taman Ketujuh dan cerita-cerita heartwarming lain dari para penulis Koru, e-book And Tomorrow, We’ll Smile Again bisa dibeli di Google Play, Gramedia Digital, atau ibuk. Sekalian tentunya Anda berdonasi untuk berbagi kepedulian bagi yang terdampak Covid-19. Semoga amal Anda dengan membeli buku ini membuahkan keberkahan yang banyak, aamiin.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: