“Novel-novel Kebijakan”: Kuliah yang Menyokong Penulisan Fiksi

Dua tahun lalu waktu memutuskan untuk kuliah kebijakan, saya nggak menyangka bahwa keputusan itu akan membawa saya untuk bisa meningkatkan kemampuan menulis fiksi.

Kuliah pasca itu beratnya masyaa Allah, apalagi kalau nggak linear. Benar-benar bikin mabok. Tugas, tugas, tugas semua isinya. Deadline tugas paper satu minggu, ngerjainnya betul-betul seminggu: 6 hari nyari referensi dan mempelajarinya, 1 hari ngerjain. Beda dengan pas S1 dulu yang kalau ada tugas buat Rabu depan, Kamis atau Jumat ini sudah selesai.

Namun, tanpa saya sangka, pola kuliah dan tugas yang seperti itu bikin saya sangat terlatih untuk membaca referensi dan riset literatur. Saya jadi semakin canggih dalam penelusuran informasi, juga jadi terbiasa “mengkliping” pengetahuan dari banyak jurnal dan mengompilasinya. Selain itu, karena saya kuliah kebijakan, saya juga jadi familier dengan mengkaji undang-undang. Kedua hal itu jadi sangat berpengaruh dalam proses penulisan fiksi saya.

Tiga novel yang saya tulis selama kuliah, semuanya mengambil referensi dari jurnal ilmiah dan memuat aturan kebijakan tertentu.

PM menyinggung regulasi soal perlindungan dan kesejahteraan hewan, meskipun nggak terlalu detail.

– T membahas rinci soal aturan-aturan seputar peng_____ k__________ (disensor dulu karena belum terbit).

MNS mengkritisi undang-undang terkait per_______ a___ (disensor dulu karena belum terbit) sebagai refleksi dari masalah sosial yang dialami tokoh utamanya.

Sebetulnya semua ini nggak disengaja dan saya juga baru menyadarinya belakangan ini. Entah sejak kapan saya mulai memperlakukan novel saya seperti paper, dengan inspirasi yang kebanyakan berasal dari tesis orang dan bahan riset dari sumber-sumber ilmiah primer. Sekarang, kalau mau mulai nulis novel, kerja kerasnya setara dengan mengumpulkan bahan untuk nulis paper — dua kali lipat bahkan, karena novel juga membutuhkan imajinasi, sense, dan observasi dari kehidupan manusia. Makanya kalau mau mulai nulis novel baru, saya mesti semedi dulu — bukan buat riset saja, melainkan buat ngumpulin energi. 😂 Karena perjalanan menulisnya bakal panjaaaaaang ke depan.

Saya bersyukur karena meskipun kuliah S1 dan S2 saya tidak linear, keduanya mempunyai benang merah, yaitu sama-sama membuat saya terpapar banyak ilmu lain alias multidisiplin. S1 saya Ilmu Perpustakaan. Sebagai pustakawan, kami diajari untuk mengklasifikasi buku berdasarkan topik/isi bukunya menggunakan Dewey Decimal Classification. Dengan demikian, pustakawan harus punya wawasan akan berbagai bidang, mulai dari bidang umum (000-099), filsafat dan psikologi (100-199), agama (200-299), ilmu sosial (300-399), bahasa (400-499), ilmu sains (500-599), ilmu terapan (600-699), seni dan olahraga (700-799), kesusastraan (800-899), dan geografi (900-999). Tentu saja semua kelas itu beranak pinak banyak dan pustakawan jadi tahu sedikit-sedikit (bisa banyak) tentang bidang ini dan itu.

Sementara ilmu kebijakan, tentu saja multidisiplin juga. Namanya kebijakan, mengatur hidup rakyat, pasti bidangnya sangat bermacam-macam, kan? Semua bidang harus ada kebijakannya agar masyarakat bisa hidup baik dalam aturan yang dijamin negara. Dalam ilmu ini, kami mempelajari berbagai kebijakan dalam berbagai bidang, membuka wawasan mendalam tentang bidang-bidang kebijakan itu.

Semua itu jadi bekal berharga untuk penulisan fiksi saya. Sekarang saya paham kenapa jalan kuliah saya seperti ini. Setidaknya, meskipun misalnya kelak ilmu yang saya peroleh saat kuliah tidak diterapkan secara praktis sebagai praktisi di bidang tersebut, ilmu itu akan selalu bermanfaat untuk menjadi bekal bagi penulisan novel-novel saya.

Jangan pernah merasa ilmu yang dipelajari di bangku kuliah, apa pun jurusannya, tidak akan bermanfaat untuk mengejar karier sebagai penulis. Semua jenis ilmu sangat amat bisa dimanfaatkan untuk menulis fiksi. ^^

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: