Pagi ini saya berpikir, kapan ya, terakhir kali saya menulis berdasarkan keinginan pribadi?
Sejak saya berhasil mulai menulis lagi tahun 2018 silam, segala tulisan saya–baik novel maupun cerpen–hampir selalu untuk diikutsertakan dalam kompetisi. Kasarnya, saya menghasilkan karya hanya ketika ada lomba yang mau saya kejar saja.
Bukannya saya tidak senang akan hal itu. Kompetisi adalah motivasi yang bagus untuk saya menulis, karena ada hadiah, ada rekognisi, ada apresiasi, dan ada kesenangan tersendiri jika karya saya diakui oleh dewan juri yang pastinya ilmu dan pengalaman menulisnya sudah mumpuni. Saya juga jadi disiplin menulis karena ada garis mati.
Tapi ya … saya jadi menulis sesuai tema kompetisinya saja.
Ada banyak ide di kepala saya, tapi hanya sedikit yang bisa dieksekusi, karena saya harus menyesuaikan dengan tema kompetisi. Sementara setiap saya sudah menyelesaikan suatu cerpen atau novel untuk kompetisi, langsung ada pengumuman kompetisi-kompetisi lainnya. Saya harus bersiap untuk menulis novel atau cerpen lain yang sesuai dengan kompetisi baru itu.
Dan siklusnya terus seperti itu.
Saya sadar, saya mengejar kompetisi karena saat ini saya belum punya nama, koneksi, dan nilai tawar yang besar. Saya belum menjadi penulis yang karya-karyanya akan selalu penerbit pinta atau perebutkan, apalagi kebanyakan ide cerita saya tidak seperti yang laris di pasaran. Makanya, bagi saya, kompetisi menulis adalah salah satu ikhtiar agar tulisan saya memperoleh pengakuan, bisa diterbitkan, dan akhirnya dapat menjangkau banyak orang.
Hanya saja … capek nggak sih, kalau terus-terusan berada dalam kompetisi?
Kadang saya ingin menulis cerita yang benar-benar pengin saya tulis, bukan yang harus saya tulis untuk kompetisi. Sayangnya saya bukan orang yang cepat dalam menulis, persiapan menulis saya sangat panjang dan saya butuh 100% fokus setiap mengerjakan suatu proyek. Susah bagi saya untuk memegang dua tulisan secara bersamaan. Selain itu, waktu luang saya juga terbatas. Pada akhirnya, tulisan yang akan dilombakanlah yang menjadi prioritas.
Semoga ada saatnya ketika saya bisa mengeksekusi ide-ide cerita saya tanpa harus berjibaku ketar-ketir dalam kompetisi.